Diterbitkan pada: 27/05/2025
Jakarta, Kemendikdasmen — Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menyelenggarakan acara Malam Tasyakuran Hari Pendidikan Nasional pada Senin (26/5) di Plasa Insan Berprestasi, Kantor Kemendikdasmen, Jakarta. Acara ini merupakan ajang penghargaan dan apresiasi atas dedikasi para insan dan mitra pendidikan yang telah berkontribusi nyata dalam pembangunan pendidikan Indonesia. Melalui pemberian apresiasi, diharapkan dapat menumbuhkan semangat kolaborasi dan inspirasi untuk terus mendorong kemajuan pendidikan yang relevan dan berdaya saing sehingga dapat mewujudkan pendidikan bermutu untuk semua. Selain itu, sejumlah pemangku kepentingan (stakeholder) dari sektor industri, lembaga sosial, dan pemerintah menunjukkan komitmen kuat mereka melalui berbagai program dan kerja sama strategis. Direktur General Affairs & Human Resources PT Panasonic Manufacturing Indonesia, Harry Wibowo, menyampaikan komitmen perusahaan untuk turut berkontribusi dalam membangun masa depan bangsa melalui penguatan kompetensi calon tenaga kerja sejak dini. Ia mengatakan bahwa keberhasilan pendidikan vokasi, khususnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), menjadi pondasi penting bagi pertumbuhan industri nasional. Bahkan, ia meyakini bahwa guru merupakan ujung tombak dalam mentransfer ilmu dan budaya industri kepada siswa. Tanpa peningkatan kualitas guru akan sulit mencetak lulusan dengan standar industri. Oleh karena itu, PT Panasonic Manufacturing Indonesia tidak hanya membuka program magang untuk para siswa, melainkan juga untuk para guru SMK. Selanjutnya, PT Panasonic Manufacturing Indonesia akan mendirikan teaching factory berbasis bengkel servis resmi yang dikelola secara kolaboratif bersama SMK. Inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan teknis siswa secara praktis, membuka peluang usaha, dan menciptakan lapangan kerja baru di lingkungan sekolah “Kami melihat kemitraan dengan SMK bukan hanya sebagai hubungan satu arah, tetapi juga sebagai kolaborasi jangka panjang yang bersifat simbiosis mutualisme. Untuk mengevaluasi efektivitas program, kami secara rutin melakukan monitoring dan dialog bersama pihak sekolah, guru, dan peserta didik. Kami juga melibatkan tim teknis dan HR dari PT Panasonic Manufacturing Indonesia untuk menilai ketercapaian standar kompetensi, lalu melakukan penyesuaian terhadap modul, program pelatihan sesuai perkembangan teknologi, dan kebutuhan pasar,” ujar Harry Wibowo. Senada dengan itu, Human Resource PT Sansan Saudaratex Jaya, Mahdalela, berkomitmen untuk mendukung pendidikan vokasi yang berorientasi pada dunia kerja. Ia secara aktif menjalin kemitraan dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di wilayah Jawa Barat, khususnya dalam program praktik kerja industri. Harapannya agar ke depan dapat terus mencetak tenaga kerja muda yang memiliki kompetensi teknis sesuai kebutuhan industri manufaktur tekstil dan etos kerja yang kuat. “Selain memberikan pelatihan berbasis industri di lingkungan kerja nyata, perusahaan juga membuka peluang kerja secara langsung bagi siswa SMK yang telah menunjukkan performa dan kesiapan kerja selama masa magang. Industri berharap pelatihan pemerintah menyesuaikan kurikulum agar lebih relevan dengan praktik di lapangan, menekankan seleksi awal pada minat, dan ketekunan peserta dalam menjahit,” ujar Mahdalela. Di sisi lain, Yayasan Mitra Netra sebagai lembaga yang bergerak di bidang rehabilitasi dan pendidikan untuk tunanetra memainkan peran strategis dalam mendukung pendidikan yang inklusif, bermutu, dan berkualitas. Kepala Bagian Rehabilitasi, Pendidikan, dan Pelatihan, Muizzuddin, menjelaskan bahwa Mitra Netra menjalankan berbagai program mulai dari rehabilitasi dasar, pelatihan orientasi dan mobilitas, pelatihan braille, hingga kursus teknologi informasi, seperti komputer bicara dan pemanfaatan alat bantu digital. Namun, ia juga turut menyoroti adanya tantangan besar yang harus dihadapi, yakni kesenjangan antara idealisme dalam merancang program dan layanan berkelanjutan dengan keterbatasan sumber daya pendanaan yang tersedia. “Kami berharap ke depannya akan terus ada kolaborasi erat antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat dalam mendukung pelaksanaan pendidikan inklusif, bermutu, serta berkualitas sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing,” ujar Muizzuddin. Lebih lanjut, Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Surakarta, Abdul Haris Alamsah, menjelaskan bahwa pemerintah daerah (pemda) telah menjalankan program Zero Anak Tidak Sekolah (ATS) dan Anak Putus Sekolah (APS). Program ini bertujuan untuk memastikan setiap anak bangsa memperoleh hak atas pendidikan yang setara, baik melalui jalur pendidikan formal di sekolah reguler maupun pendidikan nonformal, seperti Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Adapun kebijakan ini dilaksanakan dengan dukungan dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Dinas Sosial, Kecamatan, Kelurahan, dan perangkat masyarakat lainnya. “Ke depannya, kami akan terus meningkatkan pelayanan secara maksimal untuk masyarakat yang tidak mampu untuk mendapatkan akses pendidikan,” tutup Abdul Haris Alamsah. *** (Penulis: Riska Pramita/Editor: Ririn, Denty A.) Biro Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Laman: kemdikdasmen.go.id X: x.com/Kemdikdasmen Instagram: instagram.com/kemendikdasmen Facebook: facebook.com/kemendikdasmen YouTube: KEMDIKDASMEN Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikdasmen.go.id Siaran Pers Kemendikdasmen: kemdikdasmen.go.id/main/blog/category/siaran-pers #PendidikanBermutuuntukSemua #KemendikdasmenRamah
Penulis: Ririn Ramandani
Editor: Denty Anugrahmawaty