Jakarta, 20 Agustus 2025 - Suasana hangat mewarnai halaman SD Negeri Meruya Selatan 04 Pagi, Jakarta Barat, ketika dialog santai tentang numerasi digelar bersamaan dengan peluncuran Gerakan Numerasi Nasional (GNN). Acara ini menghadirkan berbagai narasumber dari guru, komunitas, akademisi, hingga pemerintah daerah, yang berbagi praktik baik dan gagasan bagaimana numerasi bisa dekat dengan kehidupan sehari-hari. Melda Megawati dari Yayasan Pembina Matematika dan IPA (YPMIPA) memperkenalkan buku cerita Rasi dan Nusa yang dikemas untuk membantu anak-anak belajar Matematika dengan cara yang menyenangkan. Ia menegaskan bahwa pendekatan numerasi bisa dikemas lewat cerita sehari-hari yang dekat dengan dunia anak, sehingga belajar Matematika tidak terasa kaku, melainkan sarat makna. “Buku ini membantu anak memahami bahwa Matematika bukan hanya soal angka, tapi juga tentang berpikir logis, adil, dan teratur dalam kehidupan. Dari cerita dua tokoh kakak beradik ini, anak-anak tidak hanya belajar urutan bilangan, pola, dan konsep waktu, tetapi juga nilai karakter positif, seperti saling peduli dan saling membantu,” jelas Melda. Leni Vinisah dari Sidina Community menekankan pentingnya peran ibu dalam menumbuhkan budaya numerasi di rumah. Menurut Leni, peran orang tua, terutama ibu, menjadi kunci agar numerasi dapat dipraktikkan sejak dini di rumah. Dengan kolaborasi komunitas, numerasi bisa menjangkau lintas wilayah dan latar belakang. “Karena kami komunitas yang lebih banyak perempuan, khususnya ibu, kami menyediakan wadah webinar dan fasilitator yang terjun langsung ke sekolah, arisan, hingga komunitas. Praktik baik ini kami sebarkan lewat konten di media sosial agar bisa menjangkau masyarakat lebih luas,” ujar Leni. Sementara itu, Ida Widaningsih, Kepala SDN 2 Munjul Majalengka, membagikan pengalamannya menghadirkan Taman Numerasi sebagai sarana bermain sekaligus belajar menekankan bahwa sekolah dapat menghadirkan pengalaman belajar yang ramah anak dengan memadukan permainan tradisional, numerasi bisa dihidupkan sebagai bagian dari kegembiraan sehari-hari. “Anak-anak SD masih senang bermain, jadi saya mengusung konsep permainan tradisional seperti eklek yang diwarnai angka-angka. Dari situ, mereka belajar mengurutkan bilangan sambil tetap gembira. Kami ingin Matematika jadi sahabat, sehingga anak-anak betah di sekolah,” tutur Ida. Dukungan juga datang dari tingkat kecamatan. Camat Cikalong Wetan, Dadang Sapardan, menyatakan pihaknya siap memperluas gerakan ini ke desa-desa. Menurutnya, di kantor kecamatan banyak terdapat area kosong yang belum termanfaatkan sehingga area tersebut dapat dimanfaatkan untuk menjadi taman literasi. “Banyak ruang terbuka dan pelayanan publik di kecamatan yang bisa jadi tempat belajar numerasi. Kami ingin setiap desa punya taman numerasi, sehingga anak-anak bisa belajar sambil bermain, bahkan ketika orang tuanya mengurus administrasi di kecamatan biasanya mereka membawa anak-anak. Itu bisa jadi peluang belajar numerasi,” kata Dadang. Lebih lanjut, Dadang menuturkan bahwa di Kecamatan Cikalong Wetan terdapat 13 desa yang kini sedang mengembangkan taman numerasi. Melalui kolaborasi lintas masyarakat, Dadang ingin menunjukkan bahwa numerasi bisa tumbuh dari ruang-ruang sederhana yang selama ini ada di tengah warga, sehingga manfaatnya terasa luas. Ia juga mendorong semua pihak dapat berkolaborasi dalam pembuatan taman numerasi. “Di setiap desa akan ada taman numerasi. Dengan dukungan posyandu dan pelayanan publik lainnya, anak-anak punya ruang belajar baru yang dekat dengan keseharian. Kami juga mengajak Karang Taruna, karyawan, hingga mahasiswa KKN untuk ikut serta, misalnya dengan membuat gambar-gambar angka yang menarik bagi anak-anak,” tambahnya. Dari sisi akademisi, Sugiman, dosen Matematika Universitas Negeri Semarang, mengingatkan bahwa numerasi harus bersifat inklusif. Melalui inovasi teknologi, Sugiman ingin memastikan bahwa gerakan numerasi nasional benar-benar inklusif, memberi kesempatan setara bagi anak dengan kebutuhan khusus. “Numerasi tidak hanya soal menghitung, tapi harus bermakna dalam kehidupan sehari-hari. Itu berlaku bagi semua anak, termasuk anak-anak disabilitas. Karena itu kami mengembangkan Technology Assistive Mathematics (TAM), alat peraga Matematika khusus bagi anak disabilitas,” terang Sugiman. Masyarakat dapat mengakses beragam konten pembelajaran, inspirasi praktik baik, hingga materi pendukung numerasi secara mudah melalui laman resmi https://guru.kemendikdasmen.go.id/gnn. Dengan demikian, gerakan ini tidak berhenti di ruang kelas saja, tetapi hadir lebih dekat dimanapun. Biro Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Laman: kemendikdasmen.go.id #PendidikanBermutuuntukSemua
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah
X: x.com/Kemdikdasmen
Instagram: instagram.com/kemendikdasmen
Facebook: facebook.com/kemendikdasmen
YouTube: KEMDIKDASMEN
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikdasmen.go.id
Siaran Pers Kemendikdasmen: kemdikdasmen.go.id/main/blog/category/siaran-pers
#KemendikdasmenRamah
Sumber: Nomor: 462/sipers/A6/VIII/2025
Penulis: Destya
Editor: Denty Anugrahmawaty
PaudDikdasmen
Ruang Murid
Murid Kejuruan
Murid PAUD
Murid Dikdasmen
Pegiat Literasi
Penguatan Pendidikan Unggul, Literasi, Numerasi dan Sains Teknologi