Diterbitkan pada: 18/07/2025
Malang, 18 Juli 2025—Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), resmi menjalin kerja sama strategis dengan Universitas Negeri Malang (UM) dan Universitas Ma Chung Malang dalam penguatan dan pengembangan program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) sebagai bentuk komitmen bersama dalam menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional. Kepala Badan Bahasa, Hafidz Muksin, menyampaikan, “Kerja sama ini merupakan bagian dari misi nasional untuk meningkatkan mutu pendidikan secara merata dan mewujudkan semangat Bangga, Mahir, dan Maju dengan Bahasa Indonesia,” ujarnya. Ia menyebut Universitas Ma Chung dan Universitas Negeri Malang sebagai mitra strategis yang memiliki kontribusi nyata dalam mendukung program BIPA dan penguatan bahasa nasional. Sinergi untuk Meningkatkan Kualitas Pengajaran Bahasa Indonesia Dalam kunjungannya ke Negeri Malang (UM), Kepala Badan Bahasa mengapresiasi peran aktif UM dalam mendukung pengajaran BIPA dan kontribusi dosen-dosennya sebagai pengajar program BIPA di berbagai negara. “Kami ingin memberikan apresiasi, ucapan terima kasih atas dukungan yang telah dilakukan UM selama ini terhadap program-program Badan Bahasa. Mendikdasmen berpesan bahwa dalam rangka mewujudkan pendidikan bermutu untuk semua harus menerapkan prinsip kemitraan partisipasi semesta dan perguruan tinggi menjadi salah satu mitra strategis untuk mendukung program yang ada,” ujarnya. UM saat ini telah membuka Program Studi Strata-2 BIPA dan tengah mempersiapkan pembukaan Program Strata-3 BIPA. Hafidz menekankan pentingnya keberadaan dosen pengajar dari Indonesia untuk memperkuat pengajaran bahasa Indonesia di luar negeri. Ia juga mengungkap rencana kerja sama dengan LPDP untuk mengirim mahasiswa Strata-3 ke luar negeri sambil mengajar bahasa Indonesia. “Ini akan menjadi potensi yang luar biasa bagaimana dukungan perguruan tinggi mencetak sumber daya khususnya peserta program BIPA. Kita ketahui bersama bahwa pengiriman guru BIPA mengalami keterbasan sehingga perlu ada skema pola kolaborasi. Pengiriman pengajar akan tetap kita lanjutkan dan tingkatkan dan saat ini terdapat 57 negara yang memiliki program BIPA. Jadi, kita sangat membutuhkan dukungan perguruan tinggi untuk mencetak guru-guru BIPA tersebut,” lanjutnya. Wakil Rektor IV Bidang Perencanaan, Data dan Informasi, Pemeringkatan, Hubungan Masyarakat, dan Kerjasama UM, Arif Nur Afandi, menyambut baik kerja sama ini. Ia menegaskan bahwa UM siap bersinergi dalam mengembangkan dan mempromosikan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional. Salah satu bentuk komitmen UM adalah mendorong integrasi UKBI sebagai syarat akademik bagi para dosen dan memperkuat posisi bahasa Indonesia setara dengan bahasa Inggris. “Kami memiliki pusat studi bahasa dan budaya Indonesia yang aktif menerima mahasiswa asing. Kami juga tertarik menangkap peluang pengiriman dosen ke luar negeri sebagai pengajar BIPA,” ujarnya. Selanjutnya dalam kunjungan ke Universitas Ma Chung, Hafidz menjelaskan pentingnya bahasa Indonesia sebagai alat perjuangan dan kedaulatan bangsa. Ia menekankan bahwa kerja sama ini harus melahirkan praktik baik pengutamaan Bahasa Indonesia di ruang-ruang publik dan naskah dinas, serta menginternalisasikan gerakan "Bangga, Mahir, dan Maju" di lingkungan kampus. “Penguatan kompetensi bahasa Indonesia ini bukan hanya untuk warga negara Indonesia, tapi juga bagian dari upaya internasionalisasi. Apalagi kini bahasa Indonesia telah diakui sebagai bahasa resmi dalam sidang umum UNESCO,” tegasnya. Dalam sambutannya, Rektor Universitas Ma Chung, Stefanus Yufra Menahen Taneo, menegaskan bahwa sejak berdirinya, Universitas Ma Chung telah menerapkan “Trigatra Bangun Bahasa: Utamakan bahasa Indonesia, Lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing. Selain itu, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Mandarin menjadi pilar utama kami. Namun dalam perjalanannya, kami cukup prihatin karena nilai bahasa Indonesia mahasiswa seringkali lebih rendah dibandingkan bahasa Inggris,” ungkap Rektor Stefanus. Sebagai upaya memperkuat jati diri bangsa dan mendukung amanat Permendikdasmen No. 2 Tahun 2025 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia, Universitas Ma Chung akan segera menerapkan Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia bagi seluruh mahasiswa. “Selama ini, kami melakukan sertifikasi bahasa Inggris, namun belum ada tes bahasa Indonesia. Oleh karena itu, kerja sama ini menjadi langkah konkret untuk itu,” tambahnya. Komitmen Bersama untuk Literasi, Kedaulatan Bahasa Indonesia, dan Pelestarian Bahasa Daerah, Kerja sama ini mencakup tiga fokus utama, yakni (1) Penguatan Bahasa Indonesia sebagai simbol kedaulatan dan alat pemersatu bangsa, (2) Pengembangan kompetensi melalui UKBI dan pelatihan dosen serta mahasiswa, dan (3) Internasionalisasi Bahasa Indonesia melalui program BIPA dan pengiriman pengajar ke luar negeri. Kunjungan dan penandatanganan kerja sama ini menjadi tonggak penting dalam upaya menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional dan memperkuat peran pendidikan tinggi dalam pelestarian, pembinaan, dan pengembangan bahasa Indonesia. Badan Bahasa mengajak perguruan tinggi untuk mendukung pelestarian bahasa daerah sebagai bagian dari identitas bangsa. “Dari 718 bahasa daerah, setidaknya 11 bahasa daerah sudah punah. Kami berharap UM dan Ma Chung dapat membantu dalam pelestariannya,” tutup Hafidz.
Penulis: Editor_BKHM
Editor: Denty Anugrahmawaty