Jakarta, 3 Desember 2025 — Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin), Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) kembali menyelenggarakan Collaborative Digital Transformation Talks (CDT Talks) ke-6 dengan tema “Kecerdasan Artifisial dalam Pendidikan Dunia – Praktik Baik dan Pembelajaran Global.” Acara ini berlangsung secara luring di Ruang Inovasi Pusdatin Kemendikdasmen dan daring melalui kanal YouTube Rumah Pendidikan. Gelaran ini menghadirkan empat narasumber lintas perspektif seperti industri teknologi global, praktisi pendidikan, akademisi, serta pemerintah. Mereka memaparkan inovasi, penelitian, tantangan, dan arah kebijakan pemanfaatan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dalam pendidikan sebagai upaya memperkuat transformasi digital pendidikan yang inklusif dan berkeadilan. Melalui CDT Talks, Pusdatin ingin memperkuat literasi digital, memperluas wawasan ekosistem pendidikan, dan mendorong kolaborasi antara guru, pemerintah, serta pelaku teknologi untuk mengakselerasi inovasi pembelajaran berbasis teknologi yang aman dan bertanggung jawab. Untuk membuka wawasan terkait perkembangan teknologi AI terkini dan bagaimana platform global berkontribusi pada transformasi pendidikan, sesi pertama menghadirkan perspektif dari industri teknologi. Kristiyanto, Digital Transformation, Google for Education, menyampaikan, “AI tidak akan menggantikan guru. Namun guru yang tidak memanfaatkan AI akan tergantikan oleh guru yang mampu menggunakannya.” Ia menunjukkan bagaimana Gemini 3.0, Notebook LM, dan teknologi multimodal Google mampu membantu guru membuat materi, visualisasi, hingga aplikasi pembelajaran hanya melalui perintah sederhana. Kristiyanto menegaskan bahwa kemampuan AI yang semakin mudah dan cepat harus dibarengi literasi pemanfaatan yang tepat agar benar-benar membantu pendidik di kelas. Setelah mendengar perkembangan teknologi dari sudut pandang industri, sesi berikutnya menampilkan pengalaman langsung dari kelas mengulas tentang aktivitas guru memanfaatkan AI untuk membantu proses mengajar secara nyata. Duta Teknologi Kalimantan Selatan 2018, Deni Ranoptri, mengatakan, “AI adalah asisten yang luar biasa, tetapi guru tetap harus memverifikasi, menyesuaikan, dan memastikan materi relevan dengan kondisi sekolah.” Deni menunjukkan bagaimana AI memudahkan pembuatan modul, asesmen, infografis, dan konten kreatif sekolah sambil tetap mengedepankan verifikasi dan penyesuaian oleh guru. Ia menambahkan bahwa integrasi AI dengan Ruang Murid dan berbagai platform pembelajaran membantu guru menemukan bahan ajar yang tepat dan mendorong kreativitas dalam mengajar. Setelah memahami praktik lapangan, forum bergerak ke perspektif akademis untuk melihat bagaimana fenomena AI terkait dengan sejarah panjang teknologi pendidikan. Sosiolog Pendidikan dan Teknologi Digital, Drananda Rohimone, menerangkan, “Setiap teknologi pendidikan selalu datang dengan janji revolusi, namun realitas sosial sering membuat dampaknya tidak sebesar yang dibayangkan.” Drananda menyoroti bahwa hype teknologi dalam pendidikan sudah terjadi sejak awal 1900-an, namun dampaknya sering terbatas oleh kondisi sosial dan kesenjangan akses. Ia menegaskan bahwa AI harus dilihat secara kritis, dengan mempertimbangkan keragaman siswa dan struktur sosial yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran. Pandangan akademik ini kemudian diperdalam melalui arahan pemerintah yang menekankan strategi, etika, dan arah kebijakan pemanfaatan AI di pendidikan nasional. Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kemendikdasmen, Yudhistira Nugraha, menyampaikan, “AI harus memperkuat kemampuan berpikir kritis murid, bukan menggantikannya. Teknologi membantu, tetapi guru tetap menjadi pusat inspirasi dan kebijaksanaan.” Yudhistira menekankan bahwa AI harus mendorong personalisasi pembelajaran, mempercepat pekerjaan administratif guru, dan memperluas akses belajar yang setara bagi seluruh murid. Ia juga menyoroti pentingnya transformasi guru, penguatan ekosistem Rumah Pendidikan, dan pengembangan pembelajaran mendalam yang mindful, meaningful, dan joyful sebagai fondasi masa depan pendidikan nasional. CDT Talks #6 memperlihatkan bahwa pemanfaatan AI dalam pendidikan membutuhkan sinergi antara inovasi teknologi, refleksi akademik, praktik lapangan, dan arah kebijakan yang jelas. AI membuka peluang besar untuk memperkaya pembelajaran, meningkatkan efisiensi, dan mendukung kebutuhan siswa secara lebih personal. Namun keberhasilan transformasi tetap bergantung pada peran guru, literasi digital, dan kesiapan ekosistem pendidikan. Pusdatin Kemendikdasmen berkomitmen memperkuat kolaborasi lintas sektor untuk memastikan pemanfaatan AI yang aman, etis, dan berpihak pada murid. Dengan kolaborasi seluruh pemangku kepentingan, teknologi dapat menjadi jembatan menuju pendidikan yang lebih relevan, berkeadilan, dan bermakna bagi Indonesia.*** (Penulis: Tim Pusdatin dan Stephanie/Editor: Denty A., Seno H./Dokumentasi: Tim Pusdatin)
Penulis: Stephanie Westiana
Editor: Denty Anugrahmawaty
Ruang Murid
Ruang Sekolah
Sekjen
Guru Dikdasmen
Murid Dikdasmen