Diterbikan pada: 4 Desember 2025
Yogyakarta, 4 Desember 2025 — Pada peringatan Hari Disabilitas Internasional (HDI) 2025, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menegaskan kembali peran penting guru dan sekolah dalam mewujudkan pendidikan yang ramah dan inklusif. Pada peringatan yang digelar di Yogyakarta, Rabu (3/12), Kemendikdasmen memberikan apresiasi kepada guru dan satuan pendidikan yang telah memberikan layanan bermutu bagi anak-anak penyandang disabilitas.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, menyebut pentingnya menjadikan sekolah sebagai lingkungan sosial yang memungkinkan semua anak, apa pun kondisinya, mendapatkan ruang yang aman dan nyaman.
“Kita berusaha membangun budaya sekolah yang lebih humanis, manusiawi, dan memanusiakan semua insan pendidikan yang ada di dalamnya, termasuk anak-anak yang berkebutuhan khusus,” ujar Mendikdasmen.
Abdul Mu’ti juga menambahkan pentingnya meningkatkan kesadaran publik bahwa anak-anak berkebutuhan khusus memiliki potensi dan bakat yang sama berharganya dengan anak-anak lainnya. “Mereka adalah anak-anak istimewa, mereka memiliki bakat dan potensi yang tinggi,” imbuhnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus, Tatang Muttaqin, menyampaikan, “Pendidikan inklusif adalah ruh dan energi ekosistem pendidikan kita. Kesetaraan layanan bagi seluruh murid tanpa kecuali adalah nilai dasar yang harus kita perjuangkan bersama.”
Pada kesempatan ini, Kemendikdasmen memberikan Penganugerahan dan Apresiasi Terima Kasih Gurukhu serta Penghargaan untuk Satuan Pendidikan Ramah terhadap Penyandang Disabilitas Tahun 2025, sebagai bentuk apresiasi kepada guru dan sekolah yang konsisten memberikan layanan terbaik bagi murid disabilitas.
Guru SLB Negeri 1 Padang, Novri Wahyuni, salah satu penerima Apresiasi Terima Kasih Gurukhu, menyampaikan rasa syukurnya. Ia memandang penghargaan ini sebagai dukungan untuk anak-anaknya yang sangat luar biasa. “Anak kita adalah anak istimewa. Jadi beri kesempatan bagi mereka, beri ruang untuk mereka, karena mereka juga bisa berkompetisi dengan rekan-rekan mereka yang lainnya,” ungkap Novri.
Hal senada diungkapkan guru SKH Negeri 01 Kabupaten Tangerang, Ariyani. “Kalau tidak ada anak-anak itu, mungkin saya tidak akan berada di sini. Mereka sama seperti anak-anak lain. Mereka bisa mandiri secara akademik maupun finansial,” tegasnya.*** (Penulis: Stephanie/Editor: Denty A., Seno H./Fotografer: Destian)
Sementara itu, guru SLB Negeri Pembina Yogyakarta, Marlinda Alis Suyekti, yang sekolahnya menerima Apresiasi Satuan Pendidikan Ramah Penyandang Disabilitas, menuturkan bahwa layanan yang mereka berikan selalu dimulai dari asesmen kebutuhan murid. “Kami dari guru maupun tendik memberikan layanan yang mudah diakses sesuai dengan kebutuhan setiap murid. Jadi, kami mengawali semua layanan dengan asesmen awal kebutuhan murid itu sendiri sehingga mereka mendapat layanan pendidikan yang sesuai kebutuhannya,” jelas Marlinda.
Murid kelas 11 SLB Negeri Pembina Yogyakarta, Muhamad Lazuardi, juga dengan antusias berbagi tentang kegiatan dan pembelajarannya selama di sekolah, termasuk senam dan belajar membuat desain poster, undangan, hingga surat resmi. “Semoga semua teman yang di sana semangat belajar!” ujar Lazuardi.
Apresiasi ini menjadi wujud bahwa keberhasilan pendidikan inklusif tidak hanya terletak pada kebijakan, tetapi juga pada ketulusan dan dedikasi guru serta satuan pendidikan yang setiap hari mendampingi para murid.
Penulis: Stephanie Westiana
Editor: Denty Anugrahmawaty
Pendidikan Vokasi
Guru Sekolah Kejuruan
Sekolah Kejuruan
Dinas Pendidikan
Vokasi
Murid Kejuruan
Orang Tua