pendidikan_untuk semua Ramah rumah_pendidikan
Temukan informasi tentang Kemendikdasmen, struktur organisasi, dan regulasi
Informasi Profil Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah
Informasi Publik Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah
Temukan kabar, siaran pers, pengumuman, dan dokumentasi resmi dari Kemendikdasmen
Informasi Umum
Beranda
Button Icon
Button Icon
PPID
Button Icon Beranda
Button Icon Profil
Temukan informasi tentang Kemendikdasmen, struktur organisasi, dan regulasi
Button Icon
Button Icon
Button Icon
Button Icon Publikasi
Temukan kabar, siaran pers, pengumuman, dan dokumentasi resmi dari Kemendikdasmen
Button Icon PPID
Pentingnya Kontribusi SMK dalam Mendukung Ketahanan Pangan Indonesia

Diterbitkan pada: 23/12/2025

Bagikan:

Gambar Siaran Pers

Jakarta, Kemendikdasmen – Dalam acara Simposium Penyelarasan dan Revitalisasi Vokasi Bidang Ketahanan Pangan “Dari SMK untuk Kedaulatan Pangan Bangsa”, Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Atip Latipulhayat, memberikan pandangannya terkait peran Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam mendukung ketahanan pangan Indonesia. Menurutnya ketahanan pangan Indonesia pada masa depan sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia vokasi, khususnya lulusan bidang pertanian, perikanan, dan peternakan. 

“Ketahanan pangan hari ini tidak cukup dipahami hanya dari ketersediaan bahan pangan. Kita bicara tentang ketahanan sistem produksi, rantai pasok, dan sumber daya manusianya. Di sinilah peran SMK bidang pangan menjadi sangat strategis,” ujar Wamendikdasmen, Atip Latipulhayat, dalam Simposium Penyelarasan dan Revitalisasi Vokasi Bidang Ketahanan Pangan di Jakarta, Senin (8/12).

Teknologi dan Industri Mendorong Transformasi SMK

Terkait dengan transformasi SMK melalui sector teknologi dan industri, Kepala Badan Inovasi dan Riset Nasional (BRIN), Arif Satria, menekankan bahwa perubahan iklim menjadi tantangan serius bagi sektor pangan, termasuk menurunnya produksi beras, susu, dan daging sapi. Ia menilai SMK memiliki peran strategis karena menguasai teknologi pertanian modern dapat menjadi solusi menghadapi tantangan tersebut. “Siswa SMK yang menguasai teknologi modern, seperti smart farming dan sistem irigasi cerdas, dapat meningkatkan efisiensi produksi, mengurangi food loss, dan berkontribusi nyata terhadap ketahanan pangan nasional,” ujarnya.

Arif menambahkan, inovasi dan teknologi di SMK juga penting untuk memperkuat rantai pasok pangan dan menghadapi food loss maupun food waste. Dengan penerapan mekanisasi, pemupukan presisi, dan pemanfaatan aplikasi berbasis data, lulusan SMK dapat meningkatkan produktivitas tanpa menambah luas lahan. Hal ini sekaligus menyiapkan generasi muda sebagai pelaku tangguh dalam ekosistem pertanian, perikanan, dan peternakan.

Lebih lanjut, Direktur Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Arie Wibowo Khurniawan, menekankan pentingnya keselarasan antara jumlah lulusan SMK dengan kebutuhan lapangan pekerjaan guna memastikan lulusan dapat terserap secara optimal di sektor industri dan pertanian. “Sektor pertanian memiliki potensi besar untuk menyerap lulusan SMK apabila terdapat keberpihakan pada sisi permintaan, misalnya melalui penghasilan tetap bagi petani atau nelayan muda, sehingga generasi muda tertarik untuk berkarir di bidang tersebut,” ungkapnya.

Arie juga memaparkan tujuh peran kunci SMK masa depan, mulai dari pusat inovasi riset terapan, inkubator UMKM pangan, akselerator teknologi desa, hingga mitra strategis food estate. Ia menekankan pentingnya pembelajaran berbasis teknologi seperti penggunaan drone, traktor modern, dan irigasi cerdas.

SMK Punya Peran Besar di Rantai Pangan

Sejalan dengan hal tersebut, Kepala Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Alan Frendy Koropitan, menekankan bahwa penguatan SMK vokasi pangan juga harus ditempatkan dalam konteks penciptaan lapangan kerja dan penguatan sisi permintaan (demand). Menurutnya, mayoritas lapangan kerja di sektor pangan berada pada sektor usaha mikro, kecil, dan menengah, khususnya di wilayah pesisir dan perdesaan, sehingga SMK harus diposisikan sebagai penggerak ekosistem pangan lokal dan ekonomi biru.

Alan menegaskan bahwa SMK tidak cukup hanya menyiapkan lulusan siap kerja, tetapi juga harus mampu melahirkan pelaku usaha pangan dan kelautan yang tangguh, adaptif terhadap teknologi, serta mampu menciptakan lapangan kerja baru. “SMK harus menjadi aktor utama dalam ekosistem ketahanan pangan, bukan sekadar pengikut. Pendidikan vokasi harus menjawab kebutuhan nyata di lapangan,” tuturnya.

Dari sisi industri, Vice President PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk, Agus Wahyudi, menegaskan bahwa SMK merupakan bagian penting dari rantai pasok industri pangan, khususnya perunggasan. “Ketahanan pangan adalah kemampuan suatu negara untuk menjamin ketersediaan pangan yang cukup aman, bergizi dan terjangkau bagi seluruh penduduk. Industri pangan membutuhkan tenaga kerja terampil, di sinilah peranan SMK sangat penting,” ujarnya.

Simposium ini menegaskan bahwa SMK bidang pertanian, perikanan, dan peternakan memiliki peran strategis dalam ketahanan pangan nasional. Dengan penguatan kompetensi lulusan, penerapan teknologi modern, dan kolaborasi dengan industri serta lembaga riset, SMK dapat menjadi penggerak utama ekosistem pangan. (Penulis: Ikke, Intan/ Editor: Destian, Denty)

Penulis: Destian Rifki

Editor: Denty Anugrahmawaty

Berita Terkait